Selasa, 12 Juni 2012

Teologi Feminis: HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU (Marie Claire Barth-Frommel)


Judul Buku            : HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU: Pengantar Teologi Feminis
Penulis                   : Marie Claire Barth-Frommel
Penerbit                 : PT. BPK Gunung Mulia., Jakarta 2003.
Cetakan                  : Pertama.


“Buku ini dalam penjelasannya cukup panjang, sehingga saya akan mengalimatkannya dengan se-sederhana mungkin, sehingga paling tidak kita/pembaca dapat memahami setiap bagian dalam tulisan buku ini.”


BAGIAN I
PEREMPUAN MEMBACA ALKITAB

Bab 1
Mengapa Timbul Feminisme dan Teologi Feminis
                Dominasi kaum laki-laki atas kaum perempuan pada umumnya di benarkan oleh paham kodrat. Menurut paham ini, kodrat laki-laki adalah kuat, pemberani, rasional, produktif, menghasilkan kekayaan, menciptakan budaya, sanggup membuat perencanaan.[1] Sedangkan kodrat perempuan adalah lemah lembut, penakut perasa, reproduktif, suka memelihara apa yang ada dan meneruskan keterampilan lama, bisa melayani dan suka dipimpin. Dari pandangan tersebut maka perempuan dianggap “rendah” dari pada kaum laki-laki. Paham kodrat ini di pakai sampai pada permulaan tahun 1980-an. Dari pemahan demikianlah sehingga muncul kaum feminisme, yang  memandang perempuan adalah sederajat dengan kaum laki-laki; mempunyai hak dan kewajiban dan kesetaraan yang sama.
                Feminisme ingin menunjukan pada masyarakat bahwa laki-laki maupun perempuan hidup dan bekerjasama sebagai mitra sejajar yang mempunyai tanggungjawab yang sama. Namun Feminisme juga mengakui perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Meskipun begitu, Feminisme tidak menginginkan dominasi kaum perempuan terhadap laki-laki ataupun masyarakat pada umumnya. Kaum Feminis mewariskan pemikiran eksklusif yang menentukan kebudayaan barat (yang berpikir secara eksklusif), dan mencari pemikiran inklusif yang menerima kepelbagaian sebagai kekayaan dan dorongan untuk mencari kebenaran yang lebh dalam dan utuh.
Oleh karena itu, sebagai orang kristen hendak menekankan ketuhanan atau keilahian sebagai rahasia yang melampaui segala sesuatu yang dapat kita bayangkan dan pekirkan sehingga ia dapat didekati dari berbagai segi. Dalam hubungan dengan penganut agama dan ideologi lain, kita hendaknya bekerja demi keadilan dan perdamaian, serta kehiduan manusia dan berusaha memberi kesaksian atas kasih Allah.

Bab 2
Bagaimana Perempuan Membaca Alkitab
(Hermeneutik atau Metode Pemahaman)
Tafsiran feminis hanya salah satu tafsiran diantara sekian banyak tafsiran yang ada. Pengalaman manusia adalah titik tolak dan titik akhir dari lingkaran penafsiran. Dengan itu setiap penafsir (dan aliran penafsiran) telah mengalami kehadiran dan tindakan Allah.
Keyakinan dasar akan martabat manusia laki-laki dan perempuan menyangkut laki-laki dan perempuan keduanya manusia setingkat  dan sederajat dalam kesamaan dan perbedaan mereka. Teolog feminis juga berusaha menyingkirkan sikap patriarkal dan androsentris, eksklusif, individualis. Oleh karena itu menurut kaum feminis dalam tafsiran harus memerlukan kerendahan hati dalam cara berpikir dan keterbukaan yang radikal terhadap penyataan ilahi yang terdapat di lingkungan agama dan budaya.


BAB 3
PEREMPUAN MEMAHAMI PERJANJIAN LAMA
Yang menjadi bahasan pertama yaitu  Allah menjadikan manusia menurut gambarNya. Dalam bahasan pertama ini menekankan pada penciptaan yang Allah lakukan ini adalah prakarsaNya sendiri tanpa ada penolong/yang membantu (Kej 1:1 -2:4a). Penjelasan mengenai “manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah”  mau menjelaskan bahwa baik laki-laki dan perempuan merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang istimewa dengan mengemban tanggung jawab dalam persekutuan dengan Allah, dan disitulah letak tanggung jawab manusia kepada Allah; apakah dia berhasil atau gagal. Sebab Allah telah memberi “kuasa” kepada manusia.
Bahasan yang berikutnya, Kejadian 2:4b-3:24; menjelaskan mengenai hubungan yang kini terdapat antara Allah dan manusia, antara laki-laki dan perempuan, antara tanah dan manusia. Juga menampilkan cerita Sara dan Hagar yang melukiskan persaingan antara dua perempuan. Dalam tulisan ini juga menceritakan Kepercayaan Abraham diuji, serta yang lainnya.

Bab 4
Perempuan Membaca Injil Kerajaan Allah
                Pada Bab 4 ini penulis buku menceritakan bagaimana proses kelahiran Yesus sampai wafatnya. Cerita pada bagian ini dimulai dari proses kandungan Maria (Ibunda Yesus) yang adalah seorang perawan yang secara tiba-tiba mengandung tanpa adanya hubungan badan antara laki-laki dan perempuan sebagai proses untuk mendapatkan keturunan. Namun dengan kuasa Allah, malalui malaikat Gabriel meberitahukan kepada Maria bahwa ia akan mengandng seorang anak; anak itu dipenuhi dengan Roh Kudus yang adalah sebagai Anak Allah yang akan menebus dosa manusia.
                Pada cerita selanjutnya dijelaskan perjalanan kehidupan Yesus serta bagaimana karya-karya Yesus, yang memberitakan karya-karya Allah bagi manusia. Yang pada akhirnya mati di kayu salib demi menebus dosa umat manusia. Dalam cerita bagian terakhir bab ini, mengangkat serta menjelaskan tentang sosok perempuan yang  “membaca terlebih dahulu Injil Kerajan Allah” dengan melihat kubur kosong, sebagai pertanda Yesus menggenapi ucapannya yaitu akan bangkit pada hari yang ketiga; serta terangkat ke surga.[2]
                Namun penulis juga mencatat bahwa meskipun “anak Allah” terangkat ke surga tetapi dia telah mengutus Roh Kudus untuk menyertai “murid-murid: Yesus dalam penugasan mengabarkan/menyebarkan Injil ke seluruh negeri/bumi dan menjadikan semua bangsa menjadi muridNya.

Bab 5
Perempuan Membaca Surat-Surat Rasuli
Dalam bagian ini penulis menjelasakn bahwa semua orang di baptis, satu dalam Kristus (Galatia 3:26-28) serta menyatakan bahwa semua orang diberikan Roh Allah; selain Roh Kudus (1 Kor 12:3b).  dalam bab 5 ini, ada hal yang menarik yang dikemukakan oleh penulis; yaitu karunia yang semakin penting dalam gereja, yaitu keperawanan. Paulus menasihatkan agar gadis-gadis yang dipertunangkan selagi kanak-kanak sedapatnya jangan bersatu dengan tunangannya untuk menjadi isterinya (1 Kor 7:35). Bagi Paulus kemungkinan untuk hidup seorang diri dan menahan diri dari kehidupan seksual serta keterikatan dalam keluarga merupakan suatu karunia. Namun Paulus juga mengakui pernikahan dapat menjadi karunia dan bahwa setiap orang harus memiliki jalannya sendiri di hadapan Tuhan. Semua karunia itu dimaksudkan untuk memperlengkapi orang kudus bagi pekerjaan pelayanan (Ef 4:12). Penulis juga  menjelaskan bahwa Paulus mempertahankan ajaran Kristus bahwa dalam pernikahan suami dan isteri merupakan mitra sejajar dengan hak dan kewajiban yang sama (Mrk 10:1-12).


BAGIAN II
PEREMPUAN MENGAKU PERCAYA

Bab 6
Mengaku Percaya Kepada Allah Yang Melampaui
Segala Bayangan Manusia
Mengaku percaya berarti mempercayakan diri pada Allah yang menciptakan, memelihara, dan memanggil kita. Pengakuan ini menentukan hidup kita seutuhnya. Pengakuan ini berdasarkan pengalaman pribadi orang yang percaya dan pada segi lain memperoleh bentuk dalam suatu umat beragama. Maksudnya pengalaman ini berkembang dalam kebersamaan yang di alami melalui ibadah, perayaan, gaya dan pola hidup serta pengajaran dan tradisi suatu beragama. Atau dapat dikalimatkan; bahwa manusia percaya kepada Allah/lebih dekat dengan Allah ketika Allah mengaruniakan suatu pergumulan tertentu dalam kehidupan kesehariannya (pada situasi tersebut maka manusia tidak dapat “mencerna” apa rencana Allah bagi manusia).  Penulis juga mengakui bahwa sebagian besar perempuan lah yang sering beribadah.[3]

Bab 7
Aku Percaya Pada Allah, Bapa yang Mahakuasa Khalik dan Bumi.
Aada satu pertanyaan yang menjadi dasar penjelasan dari bab ini; Dalam arti manakah Allah tatut dipanggil Bapa? Apakah kesaksian Alkitab?
a.        Dalam Perjanjian Lama, Raja (Maz 2:7) dan Israel disebut anak Allah (Kel 4:22 dan Hosea 11:1) dan warga anak-anakNya (Yes 1:2; Yr 3:19; Ul 14:1) sehingga Allah dilihat sebagai Bapa atau orang tua.
b.       Dalam Perjanjian Baru, Yesus memanggl Allah “Abba” yaitu sebutan mesra antara seorang anak pada bapanya (Markus 14:3) dan panggilan ini pun lazim dalam jemaat (Gal 4:6; Rm 8:15).
Penulis dalam menyimpulkan pendapat diatas bahwa dalam kesaksian Alkitab tidak ada nada patriarkal dalam panggilan Allahsebagai Bapa. Akan tetapi lemahnya kiasan keibuan memungkinkan bahwa tafsiran kiasan Bapa semakin lama semakin berat sebelah. Oleh karena itu penulis mengangkat kembali pandangan bahwa “kiasan Allah yang mengasihi manusia sama seperti seorang ibu yang mengasihi. Jadi dapat dikatakan bahwa Aku percaya kepada Allah Bapa yamg maha kuasa langit dan bumi, menjelaskan bahwa Allah yang kita sembah merupakan Allah yang mampu dan menguasai serta berkehendak terhadap ciptaaNya.

Bap 8
Aku Percaya pada Yesus Kristus
Yesus telah banyak ditafsirkan untuk menguatkan iman orang Kristen zaman sekarang. Dengan demikian pemahaman tentang Yesus sejak awal mula gereja tampaknya beraneka ragam, namun bergerak dalam kerangka yang jelas. Kristologi dikembangkan dalam ruang yang terbuka antara berita Injil, tradisi gerejawi purba dan tuntutan hidup setiap bagian umat Kristen dalam lingkungan masyarakat tertentu. Ajaran itu berintikan Injil dan tradisi gereja, tetapi diberi bentuk  dan diaktualisasikan sedemikian rupa sehingga ia dapat dipahami dan deberitakan pada zaman dan tempat baru. Dalam tradisi Kristen dikembangkan suatu kristologi yang menekankan kuasa Yesus sebagai Kristus, Tuhan Raja (Anak Allah, Anak Daud), Firman yang menjadi darah daging manusia –setingkat, sederajat dengan Allah, Juruselamat Tunggal, Imam besar yang memperdamaikan manusia.



Bab 9
Aku Percaya roh Kudus dan Menghormati Hikmat
Dengan kalimat sederhana dapat dipahami pada pokoknya, Roh dan Hikmat menghubungkanciptaan dengan sang Khalik serta makhluk yang satu dengan yang lainnya dan demikian menjalankan fungsi ilahi dari segi yang baru lagi. Dalam ajaran Feminis; Allah bukan “sendirian”, jauh lebih dari segala sesuatu. Ia sendiri menghayati persekutuan yang sempurna dan persekutuan itu memungkinkan bahwa kita berpikir allah itu serentak imanen dan transenden. Feminis juga menekankan persekutuan antara ketiga oknum yang secara hakiki, setingkat dan sederajat. Justru karena mereka berbeda dan setingkat, maka mereka dapat menjalani persekutuan yang mengaburkan kekhassan masing-masing.

Bab 10
Gereja Yang Kudus dan Am
(Persekutuan Orang Kudus, Pengampunan Dosa,
Kebangkitan daging dan Hidup yang kekal)
Sebagai lembaga, gereja (Gereja adalah tubuh Kristus dan kita para anggotanya: Rm 12:15; 6:15; 1 Kor10:17; Ef 1:23; 4:4, 12, dll)  berkembang dalam sejarah dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, serta mengikuti pola-pola masyarakat sekitarnya. Semangat oikumene hendak mewujud nyatakan Gereja yang Am dan memperbaharui menurut pola injil yang terus berkembang sesuai dengan zamannya. Dalam perkembangan teologi Feminis sangat menekankan pada hidup yang utuh atau hidup berdamai sejahtera dalam hubungannya dengan Allah, sesama, dan lingkungan. Karena Allah senantiasa menagampuni dosa dan telah menebus dosa manusia. Manusia tinggal bagaimana menghayatinya dalam praktek hidup kesehariannya. Sehinnga ketika manusia mati dan dibangkitkan pada saat kedatangan Yesus ke dua kalinya, maka yang diterimannya adalah kebangkitan daging dan menerima karunia kehidpan yang kekal.

BAGIAN III
PEREMPUAN BERTINDAK

Bab 11
Siapakah Manusia?
Ketika muncul pertanyaan diatas maka jawabannya adalah laki-laki dan perempuan. Pada bagian tulisan ini adalah inti dari etika perempuan. Etika perempuan sering kurang terpandang karena berakar dalam lingkungan keluarga dan rukun tetangga dan terutama memperhatikan orang per orang dalam situasi masing-masing. Disini juga menekankan bahwa manusia harus hidup berdampingan untuk kesejahteraannya yang juga menyangkut bagaimana hubungannya dengan masyarakat dan budaya setempat serta hubungannya dengan alam.

Bab 12
Manusia Hidup di Dunia yang Kacau
Pada tulisan bab 12 menceritakan bagaimana manusia hidup di dunia ini yang dalam kehidupan kesehariannya penuh dengan persoalan tentang kejahatan, penderitaan dan dosa. Sebagai contohnya adalah kisah kehidupan Ayub, yang oleh Allah memberikan bergumulan kepada Ayub dan melalui pergumulan itupun Ayub terus mencari Allah. Dan Allah pun tetap menertai Ayub.

Bab 13
Dasar Etika Kristen: Mengasihi Allah dan semua
Bukan kita yan telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi manusia dan telah mengutus AnakNya. (Yoh 4:10-11). Dasar etika kristen terletak dalam sikap dan tindakan Allah. Etika menjawab tindakan Allah yang menciptakan, memelihara, menemani dan memanggil kita. Dialah “kuasa yang menjalin hubungan” dan kitapun harus menjawabnya; bersama dengan Dia kita berusaha menghadapi ancaman ketidakbaikan.

Bab 14
Etika Khusus
Etika khusus ini membahas mengenai etika keluarga dan etika seksual. Etika keluarga umumnya bersandar ada pengalaman dalam keluarga. Dalam etika keluarga juga berbicara mengenai pernikahan. Pernikahan ini sendiri dimaksudkan untuk menjelkaskan bahwa sebagai orang tua untuk memberi pengarahan terhadap anaknya dan bertanggung jawab terhadap keluarganya. Dalam etika keluarga ini memahami bahwa laki-laki dan perempuan adalah sejajar kedudukannya, serta mempunyai hubungan timbal balik yang memiki tanggung jawab masing-masing. Sedangkann pada etika seksualitas menerangkan bahwa seksualitas adalah sebagi pemberian Allah. Seksualitas dapat dilakukan dengan benar jiki laki-laki dan perempuan sudah terjalin hubungan pernikahan. Hubungan seksual dimaksudkan bahwa itu terjadi karena cinta dan saling mengenal dan menerima sat sama lain. Inilah yang disebut kemitraan. Namun sering juga dijumpai masih banyak yang tidak memahami etika dalam hungan seksual, sehingga terjadi penyalahgunan seksual; antara lain: hubungan seksual diluar nikah, homoseksual dll.

BAB 15
ETIKA MASYARAKAT
Manusia yang adalah unsur yang ada dalam masyrakat pada prinsipnya dalam kehidupan masyarakat haruslah bekerja sebagi tanggung jawab atas kesejahteraan dirinya dan keluarganya. Dalam pandangan Feminis, kita menegaskan dihadapan Allah tidak ada yang bekerja lebih tinggi dan yang rendah, setiap pekerjan berguna untuk menunjang hidup. Kalu kita melihat peran perempuan dalam bekerja, maka perempuan besusah paya untuk bekerja agar jabatannya naik. Gaya kepemimpinan partisipatif lebih mudah diterapkan dalam organisasi perempuan, dan disitu tempat terbaik untuk mengembangkan dan melatihnya, tetapi sebagai orang yang mencita-citakan suatu masyarakat bahwa laki-laki dan perempuan bekerjasama, kita harus mempersiapkan diri untuk memimpin dalam lingkungan umum.

               
Kesimpulan dan pendapat singkat
Dari semua tulisan diatas maka penulis buku mengemukakan bahwa Feminis kristen menekankan hubungan timbal balik antara Allah, manusia, dan alam ciptaan sebagai inti hidup. Kesejajaran laki-laki dan perempuan itulah yang menjadi kewajiban manusia terhadap Allah.


[1]  Bnd. Hal 8. Thomas Aquinas; hanya laki-laki yang sepenuhnya dijadikan menurut gambar Allah, perempuan pada dirinya tidak.  Ibu (perempuan dikiaskan sebagai ladang, sedangkan Bapak (laki-laki) di gambarkan sebagai petani yang menabur benih.
[2] Maria Magdalena menurut penulis sebagai rasul perempuan yang memberitakan Injil. Lihat Hal 108.
[3] Lihat hal 137, baris ke 3 dan 4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar