Judul Buku : HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU: Pengantar Teologi Feminis
Penulis
: Marie Claire Barth-Frommel
Penerbit : PT. BPK Gunung Mulia.,
Jakarta 2003.
Cetakan
: Pertama.
“Buku ini dalam
penjelasannya cukup panjang, sehingga saya akan mengalimatkannya dengan se-sederhana
mungkin, sehingga paling tidak kita/pembaca dapat memahami setiap bagian dalam
tulisan buku ini.”
BAGIAN I
PEREMPUAN MEMBACA
ALKITAB
Bab 1
Mengapa Timbul Feminisme
dan Teologi Feminis
Dominasi
kaum laki-laki atas kaum perempuan pada umumnya di benarkan oleh paham kodrat.
Menurut paham ini, kodrat laki-laki adalah kuat, pemberani, rasional,
produktif, menghasilkan kekayaan, menciptakan budaya, sanggup membuat
perencanaan.[1]
Sedangkan kodrat perempuan adalah lemah lembut, penakut perasa, reproduktif, suka
memelihara apa yang ada dan meneruskan keterampilan lama, bisa melayani dan
suka dipimpin. Dari pandangan tersebut maka perempuan dianggap “rendah” dari
pada kaum laki-laki. Paham kodrat ini di pakai sampai pada permulaan tahun
1980-an. Dari pemahan demikianlah sehingga muncul kaum feminisme, yang memandang perempuan adalah sederajat dengan
kaum laki-laki; mempunyai hak dan kewajiban dan kesetaraan yang sama.
Feminisme
ingin menunjukan pada masyarakat bahwa laki-laki maupun perempuan hidup dan
bekerjasama sebagai mitra sejajar yang mempunyai tanggungjawab yang sama. Namun
Feminisme juga mengakui perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Meskipun
begitu, Feminisme tidak menginginkan dominasi kaum perempuan terhadap laki-laki
ataupun masyarakat pada umumnya. Kaum Feminis mewariskan pemikiran eksklusif
yang menentukan kebudayaan barat (yang berpikir secara eksklusif), dan mencari
pemikiran inklusif yang menerima kepelbagaian sebagai kekayaan dan dorongan
untuk mencari kebenaran yang lebh dalam dan utuh.
Oleh karena itu, sebagai orang kristen hendak menekankan
ketuhanan atau keilahian sebagai rahasia yang melampaui segala sesuatu yang
dapat kita bayangkan dan pekirkan sehingga ia dapat didekati dari berbagai
segi. Dalam hubungan dengan penganut agama dan ideologi lain, kita hendaknya bekerja
demi keadilan dan perdamaian, serta kehiduan manusia dan berusaha memberi
kesaksian atas kasih Allah.
Bab 2
Bagaimana Perempuan
Membaca Alkitab
(Hermeneutik atau Metode
Pemahaman)
Tafsiran feminis hanya salah satu tafsiran diantara sekian
banyak tafsiran yang ada. Pengalaman manusia adalah titik tolak dan titik akhir
dari lingkaran penafsiran. Dengan itu setiap penafsir (dan aliran penafsiran)
telah mengalami kehadiran dan tindakan Allah.
Keyakinan dasar akan martabat manusia laki-laki dan
perempuan menyangkut laki-laki dan perempuan keduanya manusia setingkat dan sederajat dalam kesamaan dan perbedaan
mereka. Teolog feminis juga berusaha menyingkirkan sikap patriarkal dan
androsentris, eksklusif, individualis. Oleh karena itu menurut kaum feminis
dalam tafsiran harus memerlukan kerendahan hati dalam cara berpikir dan
keterbukaan yang radikal terhadap penyataan ilahi yang terdapat di lingkungan
agama dan budaya.
BAB 3
PEREMPUAN MEMAHAMI PERJANJIAN LAMA
Yang menjadi bahasan pertama yaitu Allah menjadikan manusia menurut gambarNya.
Dalam bahasan pertama ini menekankan pada penciptaan yang Allah lakukan ini
adalah prakarsaNya sendiri tanpa ada penolong/yang membantu (Kej 1:1 -2:4a).
Penjelasan mengenai “manusia diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah” mau
menjelaskan bahwa baik laki-laki dan perempuan merupakan mahluk ciptaan Tuhan
yang istimewa dengan mengemban tanggung jawab dalam persekutuan dengan Allah,
dan disitulah letak tanggung jawab manusia kepada Allah; apakah dia berhasil
atau gagal. Sebab Allah telah memberi “kuasa” kepada manusia.
Bahasan yang berikutnya, Kejadian 2:4b-3:24; menjelaskan
mengenai hubungan yang kini terdapat antara Allah dan manusia, antara laki-laki
dan perempuan, antara tanah dan manusia. Juga menampilkan cerita Sara dan Hagar
yang melukiskan persaingan antara dua perempuan. Dalam tulisan ini juga
menceritakan Kepercayaan Abraham diuji, serta yang lainnya.
Bab 4
Perempuan Membaca Injil
Kerajaan Allah
Pada Bab 4 ini penulis
buku menceritakan bagaimana proses kelahiran Yesus sampai wafatnya. Cerita pada
bagian ini dimulai dari proses kandungan Maria (Ibunda Yesus) yang adalah
seorang perawan yang secara tiba-tiba mengandung tanpa adanya hubungan badan
antara laki-laki dan perempuan sebagai proses untuk mendapatkan keturunan.
Namun dengan kuasa Allah, malalui malaikat Gabriel meberitahukan kepada Maria
bahwa ia akan mengandng seorang anak; anak itu dipenuhi dengan Roh Kudus yang
adalah sebagai Anak Allah yang akan menebus dosa manusia.
Pada
cerita selanjutnya dijelaskan perjalanan kehidupan Yesus serta bagaimana
karya-karya Yesus, yang memberitakan karya-karya Allah bagi manusia. Yang pada
akhirnya mati di kayu salib demi menebus dosa umat manusia. Dalam cerita bagian
terakhir bab ini, mengangkat serta menjelaskan tentang sosok perempuan
yang “membaca terlebih dahulu Injil
Kerajan Allah” dengan melihat kubur kosong, sebagai pertanda Yesus menggenapi
ucapannya yaitu akan bangkit pada hari yang ketiga; serta terangkat ke surga.[2]
Namun
penulis juga mencatat bahwa meskipun “anak Allah” terangkat ke surga tetapi dia
telah mengutus Roh Kudus untuk menyertai “murid-murid: Yesus dalam penugasan
mengabarkan/menyebarkan Injil ke seluruh negeri/bumi dan menjadikan semua
bangsa menjadi muridNya.
Bab 5
Perempuan Membaca
Surat-Surat Rasuli
Dalam bagian ini penulis menjelasakn bahwa semua orang di
baptis, satu dalam Kristus (Galatia 3:26-28) serta menyatakan bahwa semua orang
diberikan Roh Allah; selain Roh Kudus (1 Kor 12:3b). dalam bab 5 ini, ada hal yang menarik yang
dikemukakan oleh penulis; yaitu karunia yang semakin penting dalam gereja,
yaitu keperawanan. Paulus
menasihatkan agar gadis-gadis yang dipertunangkan selagi kanak-kanak sedapatnya
jangan bersatu dengan tunangannya untuk menjadi isterinya (1 Kor 7:35). Bagi
Paulus kemungkinan untuk hidup seorang diri dan menahan diri dari kehidupan
seksual serta keterikatan dalam keluarga merupakan suatu karunia. Namun Paulus
juga mengakui pernikahan dapat menjadi karunia dan bahwa setiap orang harus
memiliki jalannya sendiri di hadapan Tuhan. Semua karunia itu dimaksudkan untuk
memperlengkapi orang kudus bagi pekerjaan pelayanan (Ef 4:12). Penulis
juga menjelaskan bahwa Paulus
mempertahankan ajaran Kristus bahwa dalam pernikahan suami dan isteri merupakan
mitra sejajar dengan hak dan kewajiban yang sama (Mrk 10:1-12).
BAGIAN II
PEREMPUAN MENGAKU
PERCAYA
Bab 6
Mengaku Percaya Kepada
Allah Yang Melampaui
Segala Bayangan Manusia
Mengaku percaya berarti mempercayakan diri pada Allah yang
menciptakan, memelihara, dan memanggil kita. Pengakuan ini menentukan hidup
kita seutuhnya. Pengakuan ini berdasarkan pengalaman pribadi orang yang percaya
dan pada segi lain memperoleh bentuk dalam suatu umat beragama. Maksudnya
pengalaman ini berkembang dalam kebersamaan yang di alami melalui ibadah,
perayaan, gaya dan pola hidup serta pengajaran dan tradisi suatu beragama. Atau
dapat dikalimatkan; bahwa manusia percaya kepada Allah/lebih dekat dengan Allah
ketika Allah mengaruniakan suatu pergumulan tertentu dalam kehidupan kesehariannya
(pada situasi tersebut maka manusia tidak dapat “mencerna” apa rencana Allah
bagi manusia). Penulis juga mengakui
bahwa sebagian besar perempuan lah yang sering beribadah.[3]
Bab 7
Aku Percaya Pada Allah,
Bapa yang Mahakuasa Khalik dan Bumi.
Aada satu pertanyaan yang menjadi dasar penjelasan dari bab
ini; Dalam arti manakah Allah tatut dipanggil Bapa? Apakah kesaksian Alkitab?
a.
Dalam Perjanjian Lama,
Raja (Maz 2:7) dan Israel disebut anak Allah (Kel 4:22 dan Hosea 11:1) dan
warga anak-anakNya (Yes 1:2; Yr 3:19; Ul 14:1) sehingga Allah dilihat sebagai
Bapa atau orang tua.
b.
Dalam Perjanjian Baru,
Yesus memanggl Allah “Abba” yaitu sebutan mesra antara seorang anak pada
bapanya (Markus 14:3) dan panggilan ini pun lazim dalam jemaat (Gal 4:6; Rm
8:15).
Penulis dalam menyimpulkan pendapat diatas bahwa dalam
kesaksian Alkitab tidak ada nada patriarkal dalam panggilan Allahsebagai Bapa.
Akan tetapi lemahnya kiasan keibuan memungkinkan bahwa tafsiran kiasan Bapa
semakin lama semakin berat sebelah. Oleh karena itu penulis mengangkat kembali
pandangan bahwa “kiasan Allah yang mengasihi manusia sama seperti seorang ibu
yang mengasihi. Jadi dapat dikatakan bahwa Aku percaya kepada Allah Bapa yamg
maha kuasa langit dan bumi, menjelaskan bahwa Allah yang kita sembah merupakan
Allah yang mampu dan menguasai serta berkehendak terhadap ciptaaNya.
Bap 8
Aku Percaya pada Yesus Kristus
Yesus telah banyak ditafsirkan untuk menguatkan iman orang
Kristen zaman sekarang. Dengan demikian pemahaman tentang Yesus sejak awal mula
gereja tampaknya beraneka ragam, namun bergerak dalam kerangka yang jelas.
Kristologi dikembangkan dalam ruang yang terbuka antara berita Injil, tradisi
gerejawi purba dan tuntutan hidup setiap bagian umat Kristen dalam lingkungan
masyarakat tertentu. Ajaran itu berintikan Injil dan tradisi gereja, tetapi
diberi bentuk dan diaktualisasikan
sedemikian rupa sehingga ia dapat dipahami dan deberitakan pada zaman dan
tempat baru. Dalam tradisi Kristen dikembangkan suatu kristologi yang
menekankan kuasa Yesus sebagai Kristus, Tuhan Raja (Anak Allah, Anak Daud),
Firman yang menjadi darah daging manusia –setingkat, sederajat dengan Allah,
Juruselamat Tunggal, Imam besar yang memperdamaikan manusia.
Bab 9
Aku Percaya roh Kudus
dan Menghormati Hikmat
Dengan kalimat sederhana dapat dipahami pada pokoknya, Roh
dan Hikmat menghubungkanciptaan dengan sang Khalik serta makhluk yang satu
dengan yang lainnya dan demikian menjalankan fungsi ilahi dari segi yang baru
lagi. Dalam ajaran Feminis; Allah bukan “sendirian”, jauh lebih dari segala
sesuatu. Ia sendiri menghayati persekutuan yang sempurna dan persekutuan itu
memungkinkan bahwa kita berpikir allah itu serentak imanen dan transenden.
Feminis juga menekankan persekutuan antara ketiga oknum yang secara hakiki,
setingkat dan sederajat. Justru karena mereka berbeda dan setingkat, maka
mereka dapat menjalani persekutuan yang mengaburkan kekhassan masing-masing.
Bab 10
Gereja Yang Kudus dan Am
(Persekutuan Orang
Kudus, Pengampunan Dosa,
Kebangkitan daging dan
Hidup yang kekal)
Sebagai lembaga, gereja (Gereja adalah tubuh Kristus dan
kita para anggotanya: Rm 12:15; 6:15; 1 Kor10:17; Ef 1:23; 4:4, 12, dll) berkembang dalam sejarah dan menyesuaikan
diri dengan perkembangan zaman, serta mengikuti pola-pola masyarakat sekitarnya.
Semangat oikumene hendak mewujud
nyatakan Gereja yang Am dan memperbaharui menurut pola injil yang terus
berkembang sesuai dengan zamannya. Dalam perkembangan teologi Feminis sangat
menekankan pada hidup yang utuh atau hidup berdamai sejahtera dalam hubungannya
dengan Allah, sesama, dan lingkungan. Karena Allah senantiasa menagampuni dosa
dan telah menebus dosa manusia. Manusia tinggal bagaimana menghayatinya dalam
praktek hidup kesehariannya. Sehinnga ketika manusia mati dan dibangkitkan pada
saat kedatangan Yesus ke dua kalinya, maka yang diterimannya adalah kebangkitan
daging dan menerima karunia kehidpan yang kekal.
BAGIAN III
PEREMPUAN BERTINDAK
Bab 11
Siapakah Manusia?
Ketika muncul pertanyaan diatas maka jawabannya adalah
laki-laki dan perempuan. Pada bagian tulisan ini adalah inti dari etika
perempuan. Etika perempuan sering kurang terpandang karena berakar dalam
lingkungan keluarga dan rukun tetangga dan terutama memperhatikan orang per
orang dalam situasi masing-masing. Disini juga menekankan bahwa manusia harus
hidup berdampingan untuk kesejahteraannya yang juga menyangkut bagaimana
hubungannya dengan masyarakat dan budaya setempat serta hubungannya dengan
alam.
Bab 12
Manusia Hidup di Dunia
yang Kacau
Pada tulisan bab 12 menceritakan bagaimana manusia hidup di
dunia ini yang dalam kehidupan kesehariannya penuh dengan persoalan tentang
kejahatan, penderitaan dan dosa. Sebagai contohnya adalah kisah kehidupan Ayub,
yang oleh Allah memberikan bergumulan kepada Ayub dan melalui pergumulan itupun
Ayub terus mencari Allah. Dan Allah pun tetap menertai Ayub.
Bab 13
Dasar Etika Kristen: Mengasihi
Allah dan semua
Bukan
kita yan telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi manusia dan
telah mengutus AnakNya. (Yoh 4:10-11). Dasar etika kristen terletak dalam sikap
dan tindakan Allah. Etika menjawab tindakan Allah yang menciptakan, memelihara,
menemani dan memanggil kita. Dialah “kuasa yang menjalin hubungan” dan kitapun
harus menjawabnya; bersama dengan Dia kita berusaha menghadapi ancaman ketidakbaikan.
Bab 14
Etika Khusus
Etika khusus ini membahas mengenai etika keluarga dan etika
seksual. Etika keluarga umumnya bersandar ada pengalaman dalam keluarga. Dalam
etika keluarga juga berbicara mengenai pernikahan. Pernikahan ini sendiri
dimaksudkan untuk menjelkaskan bahwa sebagai orang tua untuk memberi pengarahan
terhadap anaknya dan bertanggung jawab terhadap keluarganya. Dalam etika
keluarga ini memahami bahwa laki-laki dan perempuan adalah sejajar
kedudukannya, serta mempunyai hubungan timbal balik yang memiki tanggung jawab
masing-masing. Sedangkann pada etika seksualitas menerangkan bahwa seksualitas
adalah sebagi pemberian Allah. Seksualitas dapat dilakukan dengan benar jiki
laki-laki dan perempuan sudah terjalin hubungan pernikahan. Hubungan seksual
dimaksudkan bahwa itu terjadi karena cinta dan saling mengenal dan menerima sat
sama lain. Inilah yang disebut kemitraan. Namun sering juga dijumpai masih
banyak yang tidak memahami etika dalam hungan seksual, sehingga terjadi
penyalahgunan seksual; antara lain: hubungan seksual diluar nikah, homoseksual
dll.
BAB 15
ETIKA MASYARAKAT
Manusia yang adalah unsur yang ada dalam masyrakat pada
prinsipnya dalam kehidupan masyarakat haruslah bekerja sebagi tanggung jawab
atas kesejahteraan dirinya dan keluarganya. Dalam pandangan Feminis, kita
menegaskan dihadapan Allah tidak ada yang bekerja lebih tinggi dan yang rendah,
setiap pekerjan berguna untuk menunjang hidup. Kalu kita melihat peran
perempuan dalam bekerja, maka perempuan besusah paya untuk bekerja agar
jabatannya naik. Gaya kepemimpinan partisipatif lebih mudah diterapkan dalam
organisasi perempuan, dan disitu tempat terbaik untuk mengembangkan dan
melatihnya, tetapi sebagai orang yang mencita-citakan suatu masyarakat bahwa
laki-laki dan perempuan bekerjasama, kita harus mempersiapkan diri untuk
memimpin dalam lingkungan umum.
Kesimpulan dan pendapat singkat
Dari semua tulisan diatas maka penulis buku mengemukakan
bahwa Feminis kristen menekankan hubungan timbal balik antara Allah, manusia,
dan alam ciptaan sebagai inti hidup. Kesejajaran laki-laki dan perempuan itulah
yang menjadi kewajiban manusia terhadap Allah.
[1] Bnd. Hal 8. Thomas Aquinas; hanya laki-laki
yang sepenuhnya dijadikan menurut gambar Allah, perempuan pada dirinya
tidak. Ibu (perempuan dikiaskan sebagai
ladang, sedangkan Bapak (laki-laki) di gambarkan sebagai petani yang menabur
benih.
[2]
Maria Magdalena menurut penulis sebagai rasul perempuan yang memberitakan
Injil. Lihat Hal 108.
[3]
Lihat hal 137, baris ke 3 dan 4.